ASUHAN
KEPERAWATAN NYERI Pada An. A dengan Gangguan Sistem Pencernaan
BAB I
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian
Nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association
for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
B. Etiologi
Menurut Wilkinson (2007) etiologi dari
masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri adalah agen-agen yang
menyebabkan cidera ( missal biologi, kimia, fisik dan psikologis).
C. Batasan Karakteristik
Menurut Wilkinson (2007) batasan
karakteristik dari masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri, antara lain:
- Komunikasi tentang nyeri yang didiskripsikan
- Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan
- Ketidaknyamanan paa area bedah / nyeri karena menelan
- Perilaku Distraksik, gelisah
- Perilaku berhati-hati
D. Patofisiologi dan
Pathway Keperawatan
Apendiksitis biasa disebabkan oleh
adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit,
benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan
obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang
akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus.
Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium,
nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan
mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis
terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi
mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan
apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu
akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah,
akan menyebabkan apendisitis perforasi.
Bila proses tersebut berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks
tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih
pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah. (Mansjoer,2000).
Tahapan Peradangan Apendisitis:
1.Apendisitis akut (sederhana, tanpa
perforasi)
2.Apendisitis akuta perforate (termasuk
apendisitis gangrenosa,
karena dindingapendikssebenarnyasudahterjadimikroperforasi)
E. Intervensi Keperawatan
1.Nyeri akut b/d proses inflamasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu mengontrol nyeri,
dengan KH: :
a.
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
b.
Mengikuti program pengobatan yang diberikan
c.
Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi
Intervansi :
a.
Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10.
Perhatikan respon terhadap obat.
Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan
evaluasi keevektivan intervensi.
b.
Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan
visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
c.
Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.
Bab II
Tinjauan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : An.
A
Umur : 7
Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nomor
RM : -
Tanggal
masuk : 5 Maret 2011 jam 16.37 WIB
Alamat
: -
Diagnosa Medis : APP
B. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Airway
Jalan napas efektif
Breathing
Ada nafas.
Circulation
Ada nadi
Dissability
Kesadaran Composmentis E4M6V5
2.
Pengkajian Sekunder
a) Tingkat Kesadaran : CM
b) GCS : E4M6V5
c) Tanda-tanda
vital : N
= 120 x/menit, RR = 30 x/menit
d) Riwayat Kesehatan
Sekarang : P/B rujukan RS Imanuel (dx App) dengan keluhan sebelumnya Demam ± 3
hr (+), nyeri dibagian perut kanan bawah (+), mual (+), muntah (-), BAK dan BAB
lancar. Rontgen BNO IVP dan Lab terlampir. Injeksi yang suah masuk Cefo 500mg,
Novament 500 mg, dan Antrain 0,5 amp.
e) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Muka : simetris,
sianonis (-), konjunctiva ananemis, rangsang pupil kanan/kiri: +/+, terlihat
tampak menahan nyeri
Hidung : bersih, napas cuping hidung (-)
Telinga : simetris, bersih, serumen (-)
Leher : JVP (-), pembesaran
kelenjar toiroid (-)
2) Dada : bersih,
simetris (+), retraksi dinding dada (-)
3) Punggung : bersih
4) Abdomen : terdapat
nyeri tekan pada perut kanan bawah
5) Genetalia : tidak
terpasang kateter
6) Ekstremitas
Ekstremitas
Atas : oedem (-), dan tonus otot
kanan 4 / kiri 4
Ekstremitas
Bawah : oedem (tonus otot kanan 4 / kiri 4
f) Pemeriksaan LAB.
Penunjang
WBC: hasil:18,78 nn:
4,8-10,8
A. Analisa data
- Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan
- Ketidaknyamanan paa area bedah / nyeri karena menelan
- Perilaku Distraksik, gelisah
- Perilaku berhati-hati
No
|
Data Fokus
|
Masalah
keperawatan
|
Etiologi
|
1.
|
DS: Ps.
Mengatakan nyeri
DO:
a. RR = 30 x/menit
b. Ps. Terlihat gelisah dan menangis
c. Ps. Tampak menahan nyeri
d. Kaji nyeri
P:
nyeri saat ditekan & membungkuk
Q:
nyeri ditusuk2
R:
Perut kanan bawah
S:
Skala nyeri 6
T: ±
2 menit setiap gerak
|
Nyeri
|
Stessdan ketegangan, iritasi/tekanan saraf,
vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
|
B. Intervensi NOC dan NIC
No
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan
kriteria :
- klien tenang, nyeri dapat
berkurang, klien dapat istirahat dengan tenang
- Skala nyeri 3-4
- Tanda
vital dbn
|
â Kaji keluhan nyeri,mengenai
lokasi, intensitas dan durasi, perhatikan petunjuk verbal dan non verbal
â Ajarkan latihan teknik distraksi
relaksasi, dan sentuhan terapeutik
â Buat posisi kepala lebih tinggi 30
derajat dan bantu pasien menemukan posisi yang nyaman
â Kurangi stimulus/batasi pengunjung
â Kolaborasi derngan tim medis dalam
pemberian obat-obatan analgetik (Cefo, Rantin, Genta & Metro Inf. Sesuai
dengan advice dokter ).
|
C. Implementasi
Waktu
|
No. Dx
|
Implementasi
|
Respon
|
05/03/2011
Jam 16.37
|
1
|
Mengkaji
KU pasien dan memonitor Tanda-Tanda Vital
|
KU lemah
N = 120
x/menit, RR = 30 x/menit
|
Jam 16.39
|
1
|
Mengkaji
nyeri pasien
|
P: nyeri
saat ditekan & membungkuk
Q:
nyeri ditusuk2
R:
Perut kanan bawah
S:
Skala nyeri 6
T: ±
2 menit setiap gerak
|
Jam 16.41
|
1
|
Menganjurkan
hanya 1 keluarga ps. Saja yang diruangan..
|
Keluarga
ps. Kooperatif dan ps. Mengatakan lebih tenang
|
Jam 16.42
|
1
|
Memberikan
posisi yang nyaman dari pasien
|
Ps.
Mengatakan nyaman jika kepala lebih tinggi
|
Jam 16.43
|
1
|
Mengajarkan
latihan teknik relaksasi dan distraksi
|
Ps.
Mengatakan masih nyeri
|
Jam 16.47
|
1
|
Mengkaji
kecemasan pasien
|
Ps.
Mengatakan takut dengan keadaan perutnya sekarang karena tidak bs bermain
lagi
|
Jam 16.49
|
1
|
Melatih
pasien untuk teknik relaksasi kembali dan belajar untuk mandiri
|
Ps.
Kooperatif dan mau berlatih untuk mengurangi nyerinya dibantu ibunya
|
Jam 16.55
|
1
|
Memberikan
terapy injeksi dan pemasangan inf sesuai advice dokter
|
Inf RL 15
tpm
Cefo 500mg
Rantin ½
amp.
|
Jam 17.10
|
-
|
Visit
dr.bedah: menganjurkan operasi dan puasa sebelum tindakan operasi
|
Ps.
Kooperatif
|
Jam 17.15
|
1
|
Memberikan
tx injeksi
|
Genta
40mg, dan
Metro Inf.
250 mg.
|
Jam 17.25
|
1
|
Memonitor
TTV kembali
|
N = 110
x/menit, RR = 28 x/menit
|
Jam 17.27
|
1
|
Memonitor
Nyeri
|
P: nyeri
saat ditekan & membungkuk
Q:
nyeri ditusuk2
R:
Perut kanan bawah
S:
Skala nyeri masih 4
T: ±
2 menit setiap gerak
|
D. Evaluasi
Waktu
|
No. Dx
|
SOAP
|
05/03/2011
Jam 17.30
|
1
|
S: Ps. Mengatakan masih sedikit nyeri
O:
a. CM
b. RR = 28 x/menit
c. Kaji nyeri
d. Ps. Sudah tidak terlihat gelisah
e. Ps. Tampak menahan nyeri
f. nyeri
P:
masih nyeri jk b,gerak
Q:
nyeri seperti ditusuk2
R:
perut kanan bawah
S:
Skala nyeri 4
T:
berulang kali
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
- Kaji
keluhan nyeri,mengenai lokasi, intensitas dan durasi, perhatikan petunjuk
verbal dan non verbal
- Ajarkan
latihan teknik relaksas dan distraksi kembali
|
Bab III
Pembahasan
Kasus
An. A, 7 tahun yaitu pasien CM, E4M6V5, P/B rujukan RS Imanuel (dx App) dengan
keluhan sebelumnya Demam ± 3 hr (+), nyeri dibagian perut kanan bawah (+), mual
(+), muntah (-), BAK dan BAB lancar. Rontgen BNO IVP dan Lab terlampir. Injeksi
yang suah masuk Cefo 500mg, Novament 500 mg, dan Antrain 0,5 amp.
Sesuai
dengan Wilkinson (2007), masalah keperawatan yang muncul pada An. A adalah (1)
Nyeri berhubungan denganstess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf,
vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
Intervensi dari masalah (1) menurut
Wilkinson (2007), yaitu:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang
telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya (dengan
skala 0-10), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya,
lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas,
misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi :
ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri,
diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya
perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai
dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat
mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, hipnotik
sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan
positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”.
Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan
“berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
Intervensi
diatas yang berhasil perawat lakukan untuk mengurangi sensasi nyeri
pasien ialah dengan:
â Kaji keluhan
nyeri,mengenai lokasi, intensitas dan durasi, perhatikan petunjuk verbal dan
non verbal
â Ajarkan latihan teknik
distraksi relaksasi, dan sentuhan terapeutik
â Buat posisi kepala
lebih tinggi 30 derajat dan bantu pasien menemukan posisi yang nyaman
â Kurangi
stimulus/batasi pengunjung
â Kolaborasi derngan tim
medis dalam pemberian obat-obatan analgetik (Cefo, Rantin, Genta & Metro
Inf. Sesuai dengan advice dokter ).
Tindakan keperawatan sudah sedikit membantu adanya pengurangan sensasi
nyeri pada An. A, tetapi dikarenakan An. A didiagnosis APP maka harus segera
dilakukan tindakan operasi sebagai akhir dari tindakan. Tindakan operasi merupakan
solusi terbaik untuk menghilangkan nyeri yang timbul oleh gejala dengan
diagnosaAPP.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M, 2001.
Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan pasien. Edisi III. EGC:Jakarta
Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung
Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung
Mansjoer, A, 2000.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius:Jakarta
Tamsuri, A.
(2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm
1-63
Wilkinson,
Judith M. 2007. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment